Minggu, 31 Januari 2016

Tanya Jawab

"Jangan pernah mencari jawaban," kata seorang teman di suatu hari pada bulan berakhiran 'ber' di tahun 2015, di ruang tengah kosan Pak Tulud.

Bahkan tanya pun tak ada, jawaban macam apa yang pantas untuk dinantikan. 





Stasiun Kebumen, sambil menunggu Kereta Sawunggalih yang terlambat datang, di antara deras hujan.



Sabtu, 30 Januari 2016

Nggak Suka

Kadang, semakin kita tidak menyukai sesuatu
Justru makin besar keinginan untuk tahu sesuatu itu





Kebumen, sepulang kondangan temen Ella

Rabu, 20 Januari 2016

Merayu Awan

Wahai awan
Kalau bersedih
Jangan menangis
Janganlah turunkan hujan
Karena aku mau pulang 
Untukmu awan
Kan kuterbangkan layang-layang ....


(dalam Ayah-nya Andrea Hirata)



Bangi Kopitiam SCBD
Jam segini, sampai Untitled-nya Maliq diputar tiga kali.

Senin, 18 Januari 2016

Mata Pisau

Terus menggali, terus membaca, terus melihat hal-hal baru. - Almo Pradana

Sukaaa bangetlah sama acara Mezzanine Club weekend kemarin. Ada om Addie MS, mas Almo Pradana dan Tasya Kamila. Niat buat dateng tiap bulan ke acara ini harus terealisasi. :)

Terpublishnya blog ini bagai pisau bermata dua. Bisa membantu saya membunuh lawan dan sekaligus membunuh diri saya sendiri. Lawanmu ki yo sopo, ta. --____--

Hai, selamat datang dan terjebak dalam tulisan nggak penting saya yaa, teman-teman kantor. :)

Saya nangis loh pas ada yang ngeshare ini di grup kantor. Nangis karena ternyata saya sadar mental saya nggak cukup kuat untuk mendengar seseorang baca tulisan saya kencang-kencang di depan teman-teman sambil tertawa-tawa. Haha banyak pengulangan. Nangis karena sadar saya nggak cukup punya nyali untuk baca tulisan saya sendiri setelah dicapture dari web kemudian dishare di grup kantor.

Kenapa sih pada ketawa? 

Dan kemudian di hari yang sama, kesorean harinya, ada juga yang memberi nasihat ke saya. 

Terima kasih Tegar dan mas Nando atas pisau dan nasihat tiga kata itu. Emmmm atau paling enggak tiga kata itulah yang terngiang di pikiran saya sampai saat ini.

Di hari yang sama, malam harinya, ada yang berkata, "kamu baik kok, cen."

Aamiin. Aamiin. Aamiin.

Tiga kata - emmm empat kata sama panggilan saya - yang selalu saya aamiinkan dalam hati dan sugestikan dalam diri. 

Terima kasih Ella. Aku kangen ngobrol di KFC Tanjung Duren. :""

Memang ternyata cukup satu kejadian untuk mengingat sesuatu. Kayak yang dibilang mas Abimana di film Negeri Van Oranje.

Ya, dan sekarang bagi saya cukup satu kejadian untuk mengambil sikap akan sesuatu. 

Sebuah tanya via media chatting yang tidak dijawab, bahkan dibaca pun tidak. Setiada itu ya? :)

Se-nggak suka-sukanya saya sama orang, kalau dia nanya, saya jawab. Emmm atau paling tidak, pertanyaannya saya baca. :)


I am in a very good mood now. Big hug buat Anin, 8 tahun, yang lagi nemenin tantenya yang sedang sakit. Keceriaan anak kecil dan kepolosannya membuat mata saya makin terbuka untuk melihat sesuatu lebih luas. Lekas sembuh ya, Nia. :"

And I do believe kalau semesta selalu mendukung apapun yang kita pikirkan dan harapkan. Hati-hati pada doa-doamu. Karena apa? Karena ada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. :"



Minggu, 10 Januari 2016

Terjebak

Berdalih menemani Ima menyelesaikan pekerjaannya hari ini,  saya ngekor kemana ia pergi.
Dan dua gelas kopi hari ini berhasil jadi tersangka jam segini masih melek. Tidur terlalu larut di suatu malam selalu membawa efek domino pada malam berikutnya.

Tidur malam- bangun pagi- tidur cepat-bangun siang (demi balas dendam, untung libur)- malamnya tidur malam lagi, bahkan tidur pagi.

Kamis malam, mulai pukul 21.30 mulai membantu Ima berkutat dengan segala printilan-printilan nota dan kuitansi yang harus segera dipertanggungjawabkan. Pukul 00.00 mata mulai lelah, tapi tetap memaksakan diri untuk terjaga, mempersilakan si bendahara kanwil ini untuk melepas penatnya sebentar. Lima belas menit kemudian ia telah terjaga kembali.
Giliran saya untuk tidur, dengan niat pukul 01.00 bangun. Tapi apa daya, pukul 02.40 baru benar-benar bangun. Maafkan aku, ima. :(
Kembali berjibaku dengan tetek bengek tadi hingga pagi.
Dan nampaknya, kurang tidur malam ini lah yang menjadi biang mood seharian tidak begitu bagus.
Ditambah dengan rasa kesal sejak malam yang masih terbawa hingga pagi. Dan hingga sore harinya. Dan bahkan hingga kini.
Ternyata nggak semua "nggak suka" saya sampaikan. Hihihi.

Kemarahan, kebencian dan rasa kesal ternyata sangat menguras tenaga. Dan pikiran. :)
Mendamaikan diri dengan orang yang membuatmu kesal dan terlebih mendamaikan diri sendiri kadang tak semudah harapan. Mauku lekas hilang kesal dan marah ini. Tapi apa daya, terlalu ego.

Sepulang kantor di hari Jumat, langsung mengurung diri di kamar. Tak terpengaruh teman-teman yang sedang menikmati tahu bakso dan pempek. Tertidur cepat. Sempat dua kali terbangun di tengah malam, dan sempat-sempatnya ngemil jeruk di kulkas. Tidur lagi. Ketika matahari telah sepenggalah naik, mata baru rela melek dengan sempurna.

Kesalku masih ada.

Tawaran ikut ke kantor lama Ima terlalu sayang untuk dilewatkan, daripada bengong di kosan kan.
Satu gelas kopi tandas mengiringi makan pagi sekaligus makan siang hari ini. Entah demi apa. Tak peduli perut yang pasti mulas setelahnya. Dan benar. :)

Ngelunjak.

Pindah tempat. Kami moving ke kantor lama si bendahara ini yang berada di Jakarta Pusat. Suasana baru.
Sengaja membawa novel dari rumah untuk dibaca.
Dengan membelakangi jendela yang terbuka dari sebuah gedung di lantai sembilan, terdengar bisingnya kendaraan di bawah sana, semilir angin, dan jika sesekali menengok ke bawah, ada taman di tengah kota dan patungnya. Tugu Tani.

Kemudian malamnya makan.
Pelajaran keseeekian kali yang harus selalu diingat: jangan pernah membuka media sosial apa pun ketika makan. :)

Setelahnya mampir di kedai kopi. Ngopi lagi. :)

Sadar tak terlalu suka kopi pahit, saya pesan caramel latte.
Terlanjur basah. Kebodohan yang saya lalukan ketika makan efeknya masih terbawa ketika sudah berpindah ke tempat ngopi yang hits ini.
Ketika gelas-gelas lain mulai kosong, gelas saya masih penuh.

Terlalu asyik menjebakkan diri dalam segala prasangka-prasangka. Dalam segala memori. Dalam segala pembelaan-pembelaan, yang sungguh sangat tidak penting. Dalam segala rasa sesal(?). Dalam segala keinginan untuk melupakan.

Tapi akhirnya habis kok. Hahaha.

Dan masih melek sampai sekarang.

Slipi, 10 Januari 2016.
02.39 WIB
Iya, ini udah duaribuenambelas.
:)